Rakyat Ukraina Marah saat Zelensky Dipermalukan Trump
Masyarakat Ukraina mengungkapkan kekecewaannya setelah Presiden Volodymyr Zelensky mengalami momen memalukan dalam kunjungannya ke Amerika Serikat akibat perlakuan Donald Trump.
Presiden Zelensky menegaskan bahwa penting bagi dunia untuk tetap mengingat Ukraina, baik selama perang maupun setelahnya. Dalam sebuah unggahan di Telegram, ia mencatat pertemuannya dengan komunitas Ukraina di Washington DC, menekankan bahwa rakyatnya harus merasa didukung dan kepentingan mereka harus diperjuangkan di berbagai belahan dunia.
"Terima kasih atas dukungan Anda di masa sulit ini, atas semua usaha Anda untuk Ukraina dan rakyatnya, serta atas bantuan yang telah diberikan, baik dalam bentuk diplomatik, finansial, politik, maupun doa," tulisnya.
Sementara itu, seorang anggota parlemen Ukraina, Inna Sovsun, mengungkapkan keterkejutannya atas insiden yang terjadi di Ruang Oval.
"Kami tidak menyangka presiden kami akan diperlakukan dengan agresi seperti itu," ujarnya. "Kami merasa sangat tidak adil karena seharusnya kami tidak diperlakukan demikian. Kami adalah negara yang sedang diserang, namun inilah respons yang kami terima dari demokrasi terbesar di dunia." Ia menambahkan bahwa situasi tersebut terasa tidak dapat diterima.
Di Ukraina, para analis politik menyampaikan kekecewaan atas menurunnya hubungan dengan sekutu terkuatnya.
Kyiv Independent, salah satu media berbahasa Inggris terkemuka di Ukraina, menulis tajuk rencana yang menuding bahwa Amerika Serikat mulai bersekutu dengan Rusia dalam konflik ini.
"Sudah saatnya untuk berbicara dengan jujur. Kepemimpinan Amerika kini berpindah pihak dalam perang ini," tulis editorial tersebut. "Mereka juga menekan sekutu-sekutunya dan, yang lebih buruk, mengkhianati kepentingan mereka sendiri serta melemahkan posisi Amerika di dunia."
Jurnalis yang beralih menjadi politisi, Mustafa Nayem, menyoroti bahwa pemerintahan Trump tampaknya menganggap Ukraina sebagai penghalang dalam kebijakan politik mereka yang cenderung tertutup dan berbasis kesepakatan rahasia.
"Volodymyr Zelensky mempertahankan posisinya dengan martabat yang tidak dapat dipahami oleh lawan-lawannya," katanya.
Jurnalis Denys Kazansky menyatakan bahwa Zelensky berada dalam posisi yang sulit, terutama setelah dituduh tidak tahu berterima kasih oleh Wakil Presiden JD Vance.
"Jika ia diam dan mengangguk, itu akan terlihat memalukan. Jika ia melawan, ia dianggap tidak menghormati AS," ujarnya.
Pakar militer Mykola Bielieskov mengungkapkan kebingungannya mengenai bagaimana cara memperbaiki hubungan dengan sekutu utama Ukraina.
"Dukungan AS sangat penting bagi kami saat ini," katanya. "Namun, bagaimana kami bisa membangun kembali hubungan jika mereka tidak mau mendengarkan atau menghormati kepentingan kami? Saya tidak tahu."
Ia juga menyatakan simpati kepada mereka yang bertanggung jawab atas hubungan Ukraina-AS, menyebut insiden tersebut sebagai "hari tergelap" dalam hubungan kedua negara.
Dunia terkejut menyaksikan perdebatan sengit yang terjadi di Ruang Oval, dan kini berbagai negara tengah mencari solusi untuk keluar dari kebuntuan diplomatik ini.
Ukraina menyadari pentingnya mempertahankan hubungan baik dengan Amerika Serikat, terutama mengingat tantangan berat yang dihadapinya dalam perang. Eropa juga menyadari perlunya meningkatkan dukungan bagi Kyiv.
Di sisi lain, Presiden Trump, yang kerap menyebut dirinya sebagai negosiator terbaik, juga membutuhkan Ukraina dalam setiap upaya perdamaiannya.
Tuduhan dari Presiden Trump, yang mendapat dukungan dari para pendukungnya, bahwa Zelensky "tidak menghormati" Amerika Serikat, akan sulit untuk dilupakan maupun dimaafkan.
Namun, banyak pihak menilai Trump dan timnya bertindak terlalu keras terhadap seorang pemimpin yang tengah memperjuangkan negaranya dari invasi Rusia dan berusaha mendapatkan jaminan keamanan.
Aliansi dan asumsi lama kini runtuh, dan dunia dihadapkan pada tantangan untuk membangun tatanan baru di tengah ketidakpastian geopolitik yang semakin meningkat.